Rabu, April 30, 2025
Google search engine
BerandaKitabQuo Vadis Pasca Kehancuran Klaim Sesat Ba'Alawi (Kisah Daimyo Sesat & Sang...

Quo Vadis Pasca Kehancuran Klaim Sesat Ba’Alawi (Kisah Daimyo Sesat & Sang Ronin)

“Manusia Hebat, Berbicara Ide Gagasan. Manusia Biasa, Berbicara Peristiwa. Sementara Manusia Rendah, Membicarakan Orang Lain.” (Eleanor Roosevelt)

RUNTUHNYA KLAN BA’ALAWI DAN NARASI SESATNYA

Baik, kita tidak akan membicarakan orang lain secara personal, karena selama ini memang tidak hobby demikian. Namun anehnya ketika nama kita dibully, lalu kita balik bertanya dengan teknik yang sama, ternyata sudah meradang dan playing victim.

Sudahlah, memang jongos tidak akan jauh dari majikannya, yang mana hobby mempersekusi nasab orang lain, ketika nasabnya dipertanyakan langsung merasa terdholimi.

Dalam koridor dakwah, untuk percaya atau tidak Ba’alawi turunan Nabi, silahkan saja. Tidak ada kewajiban juga untuk percaya. Nabi saja menyampaikan kebenaran disertai dengan mukjizat masih banyak yang ingkar. Apalagi yang hanya Kajian Pustaka dan Genetika. Tapi tentu saja kebenaran akan menemukan jalannya, dan akal sehat akan selalu menang melawan narasi sesat.

Dan kehancuran itu sudah jelas di depan mata. Silahkan yang masih bertahan, mungkin untuk mengais sedikit rejeki atau panggung yang semakin sempit demi eksistensi diri. Bertahan untuk tercoreng dalam sejarah.

Singa-Singa Bani Walisongo akan tetap berjalan pasti dengan agendanya yang sudah digariskan leluhurnya di Nusantara. Tidak akan terusik atau menanggapi serius tiap gonggongan anjing.

Tapi, kenapa SINGA tidak mau menanggapi gonggongan ANJING ?

  1. Karena bagi Singa, wasting time, buang-buang waktu, tidak level dan tidak doyan.
  2. Singanya mungkin kasihan.
  3. Singanya banyak agenda lain yang lebih penting.

KEHANCURAN ini sangat nyata bagai matahari di musim kemarau pada siang hari.

(Saya tidak mau pakai kata TRAGIS, karena sudah diplagiat oleh victim player).

Kalo mau disurvey, berapa persen rakyat Indonesia yang masih percaya BA’ALAWI cucu Nabi?

Mari dihitung : Non muslim kah? Muhammadiyah? Apalagi Al Irsyad. Atau Islam Nasionalis, Abangan?

Semuanya jelas dari awal sudah ragu kalau mereka Turunan Nabi.

Yang percaya secara tradisional adalah dari Kaum Nahdhiyyin. Tapi dengan gerakan masif ini, tinggal berapa persen Nahdhiyyin yang masih percaya. Penulis yakin, masih banyak orang NU yang cerdas daripada yang sebaliknya.

Apabila jumlah warga NU sekitar 80 juta orang https://hasanuddinali.com/2017/01/19/menakar-jumlah-jamaah-nu-dan-muhammadiyah/).Misalkan yang masih percaya Ba’alawi turunan Nabi sekitar 1/10, maka taklebih dari 8 juta orang. Atau sekitar 3% warga Indonesia yang teracuni virus Yamanisasi ini.

Dan dengan kehadiran negara, serta sikap tegas PBNU, diprediksi percepatan penyadaran bisa lebih efisien.

Sejarah mencatat siapa saja yang membikin narasi jahat dan mencoba melawan Pusaka Bangsa, akan mengalami nasib yang sama. Dalam sejarah Nusantara modern, jangankan DI/TII, atau PKI yang ingin makar di negeri ini. Pasukan terkuat di dunia, Mongol pun hancur-lebur di Nusantara. Hingga kemudian era Kolonialisme, ditengah kemunduran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi negeri-negeri muslim. Mereka datang dengan teknologi yang lebih maju dan teknik pecah-belah. Itupun tidak menjajah seluruhnya, namun perjanjian dagang & menyewa wilayah. Sebagai contoh, coba lihat Perjanjian Gianti. Yaitu pecahnya Mataram Islam dan kewajiban VOC kepada Jogja ataupun Surakarta.

Makanya, selain belajar agama, kita wajib belajar ragam ilmu lainnya. Termasuk Sain & Teknologi, agar tidak mudah ditipu dengan dogma-dogma agama ala Abad Pertengahan/Kegelapan di Eropa.

Contohnya ada orang jual EMAS, karena tidak mampu menguji, ternyata cuman KUNINGAN. Ngaku cucu Nabi ternyata Yahudi Khazari. Kita mudah silau dengan cerita dongeng dan sihir-sihir yang tidak mencerdaskan. Mudah ditakut-takuti dengan cerita bualan pendusta berkedok agamawan.

Agama harusnya mencerdaskan, bukan membuat umatnya menjadi katak dalam tempurung.

“Puncak dari Agama adalah Akal !” (Imam Ali bin Abi Tholib RA).

Kesimpulannya :

Ketika kitab sejaman NIHIL, Syahadah Nasab dari Naqobah Internasional NIHIL, dan test DNA juga hasilnya NIHIL, maka segala narasi yang ‘was-wis-wus gedabrus’, hanya akan diketawain orang.

Itulah kenapa orang bathil selalu banyak dalih & alasan. Namun orang benar selalu sederhana dalam memberikan bukti & solusi. Karena bagi pembohong, mempertahankan kebohongannya selalu dibangun dengan kebohongan baru.

Hingga di titik inilah, kebohongan yang paling awal itu tercabut akarnya, dan tumbanglah pohonnya. Yaitu KEBOHONGAN mencantolkan nasab melalui tokoh bermasalah. Bernama KANG UBED yang konon putra dari Sayyid Ahmad bin Isa Al Husaini.

NASIB PENDUKUNG BA’ALAWI GARIS DEPAN

Karena majikannya selalu ngumpet, maka pendukungnya disuruh maju, itu sudah biasa dalam teknik perbudakan.

Yang menjadi konyol, adalah ketika mereka yang bukan Ba’alawi tetapi rela berbusa-busa mulutnya membela nasabnya. Padahal mereka tidak akan pernah diakui setara dengannya. Datuknya pun dihina dan dibelokkan, tapi justru dibelanya. Suatu kecerdasan yang Einstein sendiri bisa garuk-garuk kepala, saking jeniusnya.

Dan tiba-tiba, banyak Ronin pun bermunculan.

RONIN, dalam istilah populer adalah SAMURAI tak bertuan.

SAMURAI sendiri artinya Kesatria/Pendekar di jaman klasik Jepang yang mengabdi kepada DAIMYO atau tuan yang memiliki teroterial tertentu. Ketua dari para DAIMYO, disebut SHOGUN, atau pemimpin militer di seluruh Kepulauan Jepang.

Ronin sendiri terbagi 2 :

  1. Mereka yang tetap dalam garis ksatria, tidak mau mengabdi kepada siapapun, mencari jalan sejati, membela kaum lemah dan tertindas. Kadangkala terlibat dalam suatu peristiwa besar dan berpihak kepada kebajikan.
  2. Ronin berikutnya, akan mudah memihak kepada siapa yang mampu memberinya imbalan pantas atas kemampuannya. Mereka menjual dirinya dan masa bodoh dengan benar atau salah. Tidak peduli Daimyo bejad sekalipun, akan dibelanya yang penting bermanfaat bagi dirinya.

Dalam personifikasi diatas bisa dilihat Kisah Epic, antara MIYAMOTO MUSHASHI & SASAKI KOJIRO. Ingat namanya Kojiro. Bukan SUNEO lho ya, si tokoh antagonis dalam DORAEMON. Jangan salah, nanti baper lagi Mas Sun Go Kong, pencari manuskrip dan pemilik situs Google Scholar.

(Sleborrr, goyang ngeborrr)

Kembali ke topik. Diceritakan dalam sejarah, Kojiro yang arogan dengan pedang panjangnya. Remuk dahi dan rusuknya hanya dengan pedang kayu. Yang dipahat Musashi dari dayung perahunya, selama menyeberang ke tempat duel, Pulau Funajima.

(https://nationalgeographic.grid.id/read/133803716/duel-legendaris-miyamoto-musashi-samurai-kekaisaran-jepang-terhebat?page=all).

Dan sejarah akan selalu berulang, siapa yang akan jadi KOJIRO, dan siapa yang menempuh jalan sejati layaknya MUSASHI.

Lalu cerminan dalam episode rungkadnya Nasab BA’ALAWI ini?

Tentu saja Kojiro akan berpihak kepada mereka yang rasis, arogan, pengkapitalisasi nasab, perampok sejarah dan makam, tukang persekusi dan penipu ummat atas nama agama.

Silahkan dinilai sendiri !

YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH KERUNGKADAN BA’ALAWI

What next setelah Ba’alawi dengan segala klaim sesatnya runtuh?

  1. Seluruh anak negeri harus mengambil pelajaran, bahwa tidak boleh ada segolongan orang yang merasa lebih mulia dari yang lainnya. Membangun jejaring sosial, persaudaraan lintas etnis, suku dan agama, yang anti diskriminasi dan rasis. Kick Racism Out of Nusantara !
  2. Pemalsuan atas nama simbol-simbol suci agama, harus dilawan sebagai musuh semua agama, karena akan mengancam keharmonisan seluruh pemeluk agama. Ingatlah yang terjadi dengan ISIS di Syuriah, Hindutva di India, atau Klu Klux Klan di Amerika. Untuk ini perlu uji Materi ke Mahkamah Konstitusi, sehingga ada payung hukumnya yang lebih jelas dan tegas.
  3. Optimalisasi Laboratorium Genomic dalam negeri, agar efisien dari segi waktu, dan biaya yang lebih terjangkau. Syukur apabila test DNA  diwajibkan, untuk database kesehatan, deteksi penyakit genetik bawaan, juga untuk identitas diri. Karena dengan diketahui DNA profil tiap individu, lebih mudah pendeteksian, baik untuk kepentingan hukum maupun sosial lainnya. Termasuk, menghindarkan para kriminal nasab menipu ummat.
  4. Mendirikan Naqobah Saadatul Asyrof Internasional Indonesia, sebagai bagian amggota dari Naqobah Keluarga Nabi SAW di seluruh dunia. Dan Lembaga ini juga diakui resmi oleh Negara, dibawah Kementrian Agama. Mengaku turunan Nabi verifikasinya jelas. Harus diakui negara asal leluhur, harus lolos Silsilah Nasab dan uji test DNA. Tidak sah, misalnya ngaku turunan Nabi dari leluhur Yaman & Iraq, tapi stempelnya hanya dari Jakarta. Itu namanya nasab bodong dan abal-abal.
  5. Membangun jaringan ekonomi mandiri dan berdikari. Karena sabda Nabi : Kadzal fakru ayyakuna kufro !

Mereka yang lemah ekonominya mudah dibeli idealismenya, dan juga akal sehatnya.

Dan alhamdulillah penulis kini berkesempatan gabung untuk membina calon DAIMYO-DAIMYO baru di Nusantara. Sekitar 200-an pengusaha-pengusaha pribumi sudah kompak untuk maju bersama ikut bersatu membangun negeri. Taklupa tenaga ahli dan terampil dihargai dan diberdayakan, agar manusia-manusia cerdas dari Nusantara tidak lari ke luar negeri. Kalo ekonomi sudah kuat, bisa mencetak jutaan Samurai yang siap diupgrade jadi DAIMYO semua. Sehingga Ronin-Ronin sesat, bisa dihapus dari Bumi Pertiwi.

Sekian dan Wassalam, Salam sejahtera, Rahayu Nusantaraku !

(KRT. FAQIH WIRAHADININGRAT)

BERITA TERKAIT
- Advertisment -
Google search engine

POPULER

komentar